Satu tahun berlalu, banyak cerita yang tersimpan di dalamnya. Sejatinya, tidak ada yang benar-benar gampang, pun sukar dilalui. Beruntungnya, selalu ada saja celah untuk bisa menghirup napas segar di tengah padatnya aktivitas perkuliahan. Paling tidak akan ada tempat pelarian sebagai tumpuan melepas beban untuk sementara waktu.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya bagaimana kehidupan seorang mahasiswa arsitektur itu. Gue yang masih terbilang mahasiswa baru sedikit banyak telah dapat menyimpulkan berdasarkan apa yang gue rasa dan dapatkan. Di samping banyaknya omongan yang mengatakan mahasiswa arsitektur itu selalu begadang, ada pula yang beranggapan mahasiswa arsitektur itu banyak gabutnya. (Nah loh) Bener ga sih?
Oke sekarang gue mau mencoba setidaknya me-list hal enak dan tidak enaknya saat menjadi seorang mahasiswa jurusan arsitektur. Tapi tentu apa yang gue jabarkan adalah berdasarkan perspektif gue sebagai mahasiswa, lebih mengerucut lagi bagi mahasiswa arsitektur ITS Surabaya.
Suka
1.Minim Mata Kuliah Berhitung
Sejujurnya, gue ga benci-benci banget dengan pelajaran berhitung. Namun, entah kenapa semenjak lulus SMA paling ga bisa melihat angka-angka yang lebih mirip sekumpulan cacing itu. Jadilah ketika lulus menjadi mahasiswa jurusan ini gue merasa ada keajaiban karena tidak ada yang namanya kalkulus maupun fisika dasar yang notabene menjadi momok sebagian besar mahasiswa.
Tapi, minim bukan berarti tidak ada. Pada semester pertama kemarin, masih ada mata kuliah yang mengandalkan kemampuan berhitung. Seperti mekanika teknik dan matematika arsitektur. Nah, pada dua mata kuliah tesebut sebenarnya tidak terlalu banyak perhitungannya. Hanya dibutuhkan kemampuan dasar saja sebab nantinya yang rumit-rumit layaknya kalkulus tidak akan terpakai.
Selepasnya, ya seperti yang gue bilang tadi. Mata kuliah yang berbau matematika dan fisika hanya sampingan saja.
2.Jadwal Kuliah Flexibel
Jangan dimakan mentah-mentah ya poin yang ini. Gue bisa bilang begini karena nyatanya memang saat mata kuliah utama Dasar Desai Arsitektur (DDA) yang 7 sks itu kebanyakan gabut. Prakteknya, dosen koordinator hanya menyampaikan kuliah berdurasi 10-20 menit saja selebihnya memberikan tugas dengan instruksinya. Padahal, durasi mata kuliah yang ada tiga pertemuan dalam seminggu ini lumayan lama. Satu kali pertemuan berdurasi 3 jam dan dua perkuliahan lagi berdurasi 5 jam. Bisa dibayangkan betapa gabutnya, ahaha, tapi tetap tugas tidak bisa diganggu gugat dan asistensi itu wajib hukumnya. Hiks
Keuntungan lainnya, telat masuk kelas sangat lumrah banget. Tidak ada yang namanya batas waktu toleransi masuk. Mau masuk jam berapun, monggo, asalkan tugas kita sudah rampung dan hadir saat pengumpulan. Makanya, tidak jarang gue baru datang ke studio dua jam lebih dari jam seharusnya.
Oh iya, ini tidak berlaku bagi mata kuliah lain ya.
3.Punya Studio Gambar Sendiri
Studio diibaratkan rumah sendiri di jurusan. Setiap hari mayoritas perkulihan akan berlangsung disini. Tidak heran kalau studio bagai rumah kedua setelah kosan. Sebab tidak ada lagi ruang yang bisa digunakan mengerjakan tugas selain disini. Mau di kosan, sempit! Mau di perpustakaan? Bisa-bisa diusir karena berantakan dengan bahan-bahan maket lol. Makanya, ada banyak banget barang-barang menumpuk di studio dari yang mulai maket baru sampai maket terdahulu yang sudah dianggurin dosen sehabis penilaian.
Jadi studio ini masing-masing angkatan punya. Tidak ada ceritanya satu buah studio dipakai bersama-sama lintas angkatan. Dan ajaibnya studio angkatan gue ini mampu menampung 100 lebih mahasiswa, Ajib! So kita satu angkatan bakal sering banget ketemu di studio karena selalu bareng kuliahnya di satu ruangan.
4.Bebas Berkreasi
Sebagai mahasiswa arsitektur, kita dituntut untuk terus bereksplorasi akan desain baru. Pasalnya, untuk inilah seorang arsitek dibayar. Klien tentu tidak ingin jika rumah/bangunannya hanya berbentuk kotak saja. Bagian enaknya disini adalah ketika kita bisa berimajinasi stinggi-tingginya tentang karya arsitektur impian kita. Mau membuat bentuk apapun bisa asal konstruksinya logis, fungsional, dan mampu dipertanggung jawabkan ide bentuknya.
Sehingga, tidak jarang teman-teman gue bikin karya yang sungguh diluar dugaan. Intinya, di Jurusan Arsitektur, kalian bisa merealisasikan apapun yang ada di otak kalian selagi bisa dituangkan menjadi karya yang make-sense. Sebabnya, ukuran suksesnya seorang arsitek biasanya tidak bergantung pada seberapa bagus sketsa/gambar awalnya, tapi pada keunikan ide bentuk dan pengembangan fungsi yang diberikannya.
Karena ini pula, mahasiswa arsitektur itu sangat dianjurkan buat jalan-jalan melihat karya arsitektur pendahulu. Akan sangat banyak ilmu yang didapat dari jalan-jalan. Setidaknya, kita bisa terinspirasi untuk bisa membuat karya yang lebih bagus ke depannya tapi tidak untuk menjiplak ide orang.
0 komentar:
Posting Komentar