anakUHO.com™ | Calon Rektor Unversitas Halu Oleo (UHO) kini tinggal menyisakan tiga nama yakni Dr Muhammad Zamrun, Prof La Rianda dan Prof Buyung Sarita. Mereka akan bertarung kembali memperebutkan 35 persen suara dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tanggal 9 September mendatang. Kementerian saat ini sedang menelusuri rekam jejak para kandidat sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan kepada siapa suara menteri tersebut akan diberikan.

Rektor UHO, Prof Dr Usman Rianse mengungkapkan, rekam jejak tiga calon rektor UHO akan menjadi prioritas penilaian. Hal itu bercermin pada pemilihan-pemilihan rektor sebelumnya. Selain itu, menteri akan memberikan penilaian berdasar visi dan misi setiap calon. “Orang Jakarta pasti mencari rekam jejak setiap calon. Jadi sekarang, menteri telah mengantongi bagaimana rekam jejak, Dr Muh Zamrun, Prof La Rianda dan Prof Buyung Sarita baik saat ini maupun ke depan. Sangat naif kita kalau ada kekuatan lain yang mempengaruhi Pilrek UHO. Karena universitas ini bukan lembaga politik. Saya percaya menteri akan memilih rektor UHO berdasarkan rekam jejak mereka, dulu dan nanti yang tertera dalam visi dan misi mereka,” ungkap Prof Usman Rianse.
Anggota senat yang akan memilih Rektor UHO
Dr Zamrun (kedua dari kanan), peraih suara terbanyak pertama pada Pilrek UHO tahap 1, bersama sejumlah anggota senat UHO
Selain itu, lanjut Prof Usman, krikteria lain dari calon rektor UHO yang diharapkan Menristekdikti, yakni sosok rektor yang menarik dan dapat membangun universitas. Dapat menjadikan UHO yang kompetibel dan kompititif, memenuhi kebutuhan zaman sesuai perkembangan universitas yang ada di dunia. Menurutnya, tak harus ranking dunia, sebab kampus bukan padepokan silat. Tetapi, calon rektor harus betul-betul fokus pada pengembangan akademik. Indikatornya, dapat meningkatkan akreditasi universitas dan program studi.
“Oreantasinya adalah pelayanan akademik. Saya sama sekali belum pernah berpikir ada intervensi politik dalam pemilihan rektor. Saya yakin, menteri kelak akan menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Selain itu, boleh jadi menteri nantinya akan memilih rektor UHO yang memiliki basic sama dengannya, sebagai ahli pemaparan pasar inovasi. Boleh juga tiga-tiganya. Digabungkan dengan rekam jejak, sosok menarik dan diyakini dapat membangun UHO,” terangnya.
Mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini menambahkan, pada Pilrek UHO 9 September mendatang, indikator seorang guru besar yang tercatat sebagai calon rektor UHO, bukan menjadi jaminan bakal keluar sebagai pemenang. Begitu pula, kata dia, peraih suara terbanyak pada pemilihan langsung anggota senat, 13 Juni lalu. “Jadi saya kira bukan jaminan suaranya banyak di senat bakal menang. Begitu pula, bukan jaminan kalau guru besar bakal menang. Poin yang bisa membuat calon menang adalah bagaimana rekam jejak mereka di masa lalu, sekarang dan nanti, berdasarkan penilain menteri. Tentunya juga, berdasarkan kehendak Allah. Kalau Allah telah berkehendak, tidak ada yang bisa menghalanginya,” tegasnya.
Prof Usman juga menyatakan, sejauh ini proses pemilihan rektor UHO telah berjalan sesuai dengan koridor dan peraturan Menristekdikti nomor 1 tahun 2016. Olehnya itu, kata dia, tidak benar kalau ada yang menyebut tata cara Pilrek disusun dengan sesuka hati oleh panitia. “Awalnya berdasarkan Permen nomor 1 tahun 2015. Tetapi dalam perjalanannya, sebelum pemilihan rektor UHO terbit, Permen baru, nomor 1 tahun 2016. Olehnya itu, sebanyak 9 orang panitia Pilrek UHO menghadap dan konsultasi dengan biro hukum, dilakukan perubahan dan disesuaikan dengan permen baru tersebut. Kami tidak pernah mengada-ada,” katanya.
Tak hanya itu, lanjut Prof Usman, pada seleksi panitia pemilihan rektor UHO untuk pertama kalinya, ditentukan melalui rapat senat. Padahal, penetuan panitia Pilrek UHO merupakan kewenangan rektor untuk menetapkan panitia. Bahkan, pihaknya melelang kepada seluruh dekan yang berminat untuk tampil sebagai panitia Pilrek UHO. “Perlu diketahui, ini adalah pertama kali pemilihan panitia Pilrek ditetapkan berdasarkan rapat senat. Meskipun sebenarnya itu kewenangan rektor. Tapi, saya nanti dianggap tidak fair dan perlu diketahui bahwa panitia Pilrek sudah NKRI betul. Dimana panitinya berlatar belakang sukunya, ada dari Jawa, Sulsel, Buton, Kendari, dan Muna ditetapkan secara berimbang,” tuturnya.
Ketika disinggung terkait jadwal pasti Pilrek UHO, Prof Usman menuturkan, penyelenggaraan Pilrek dalam rangka mencari penggantinya tersebut, semuanya tergantung keputusan menteri. Menurutnya, penyaluran hak suara menteri pada Pilrek UHO belum dapat dipastikan. Sebab, jadwalnya bisa saja berubah. “Mudah-mudah tanggal 9 September. Tetapi semuanya, tergantung menterinya disesuaikan dengan waktu luangnya,” tuturnya.[KP]
*anakUHO.com adalah media kampus. Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi/berita/artikel/ide/opini/pendapat dan gagasan melalui anakUHO.com dapat mengirimkan tulisannya melalui email : halo.anakuho@gmail.com. Setiap tulisan yang terbit di anakUHO.com menjadi tanggung jawab dari Penulis.
Rektor UHO, Prof Dr Usman Rianse mengungkapkan, rekam jejak tiga calon rektor UHO akan menjadi prioritas penilaian. Hal itu bercermin pada pemilihan-pemilihan rektor sebelumnya. Selain itu, menteri akan memberikan penilaian berdasar visi dan misi setiap calon. “Orang Jakarta pasti mencari rekam jejak setiap calon. Jadi sekarang, menteri telah mengantongi bagaimana rekam jejak, Dr Muh Zamrun, Prof La Rianda dan Prof Buyung Sarita baik saat ini maupun ke depan. Sangat naif kita kalau ada kekuatan lain yang mempengaruhi Pilrek UHO. Karena universitas ini bukan lembaga politik. Saya percaya menteri akan memilih rektor UHO berdasarkan rekam jejak mereka, dulu dan nanti yang tertera dalam visi dan misi mereka,” ungkap Prof Usman Rianse.
Anggota senat yang akan memilih Rektor UHO
Dr Zamrun (kedua dari kanan), peraih suara terbanyak pertama pada Pilrek UHO tahap 1, bersama sejumlah anggota senat UHO
Selain itu, lanjut Prof Usman, krikteria lain dari calon rektor UHO yang diharapkan Menristekdikti, yakni sosok rektor yang menarik dan dapat membangun universitas. Dapat menjadikan UHO yang kompetibel dan kompititif, memenuhi kebutuhan zaman sesuai perkembangan universitas yang ada di dunia. Menurutnya, tak harus ranking dunia, sebab kampus bukan padepokan silat. Tetapi, calon rektor harus betul-betul fokus pada pengembangan akademik. Indikatornya, dapat meningkatkan akreditasi universitas dan program studi.
“Oreantasinya adalah pelayanan akademik. Saya sama sekali belum pernah berpikir ada intervensi politik dalam pemilihan rektor. Saya yakin, menteri kelak akan menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Selain itu, boleh jadi menteri nantinya akan memilih rektor UHO yang memiliki basic sama dengannya, sebagai ahli pemaparan pasar inovasi. Boleh juga tiga-tiganya. Digabungkan dengan rekam jejak, sosok menarik dan diyakini dapat membangun UHO,” terangnya.
Mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini menambahkan, pada Pilrek UHO 9 September mendatang, indikator seorang guru besar yang tercatat sebagai calon rektor UHO, bukan menjadi jaminan bakal keluar sebagai pemenang. Begitu pula, kata dia, peraih suara terbanyak pada pemilihan langsung anggota senat, 13 Juni lalu. “Jadi saya kira bukan jaminan suaranya banyak di senat bakal menang. Begitu pula, bukan jaminan kalau guru besar bakal menang. Poin yang bisa membuat calon menang adalah bagaimana rekam jejak mereka di masa lalu, sekarang dan nanti, berdasarkan penilain menteri. Tentunya juga, berdasarkan kehendak Allah. Kalau Allah telah berkehendak, tidak ada yang bisa menghalanginya,” tegasnya.
Prof Usman juga menyatakan, sejauh ini proses pemilihan rektor UHO telah berjalan sesuai dengan koridor dan peraturan Menristekdikti nomor 1 tahun 2016. Olehnya itu, kata dia, tidak benar kalau ada yang menyebut tata cara Pilrek disusun dengan sesuka hati oleh panitia. “Awalnya berdasarkan Permen nomor 1 tahun 2015. Tetapi dalam perjalanannya, sebelum pemilihan rektor UHO terbit, Permen baru, nomor 1 tahun 2016. Olehnya itu, sebanyak 9 orang panitia Pilrek UHO menghadap dan konsultasi dengan biro hukum, dilakukan perubahan dan disesuaikan dengan permen baru tersebut. Kami tidak pernah mengada-ada,” katanya.
Tak hanya itu, lanjut Prof Usman, pada seleksi panitia pemilihan rektor UHO untuk pertama kalinya, ditentukan melalui rapat senat. Padahal, penetuan panitia Pilrek UHO merupakan kewenangan rektor untuk menetapkan panitia. Bahkan, pihaknya melelang kepada seluruh dekan yang berminat untuk tampil sebagai panitia Pilrek UHO. “Perlu diketahui, ini adalah pertama kali pemilihan panitia Pilrek ditetapkan berdasarkan rapat senat. Meskipun sebenarnya itu kewenangan rektor. Tapi, saya nanti dianggap tidak fair dan perlu diketahui bahwa panitia Pilrek sudah NKRI betul. Dimana panitinya berlatar belakang sukunya, ada dari Jawa, Sulsel, Buton, Kendari, dan Muna ditetapkan secara berimbang,” tuturnya.
Ketika disinggung terkait jadwal pasti Pilrek UHO, Prof Usman menuturkan, penyelenggaraan Pilrek dalam rangka mencari penggantinya tersebut, semuanya tergantung keputusan menteri. Menurutnya, penyaluran hak suara menteri pada Pilrek UHO belum dapat dipastikan. Sebab, jadwalnya bisa saja berubah. “Mudah-mudah tanggal 9 September. Tetapi semuanya, tergantung menterinya disesuaikan dengan waktu luangnya,” tuturnya.[KP]
*anakUHO.com adalah media kampus. Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi/berita/artikel/ide/opini/pendapat dan gagasan melalui anakUHO.com dapat mengirimkan tulisannya melalui email : halo.anakuho@gmail.com. Setiap tulisan yang terbit di anakUHO.com menjadi tanggung jawab dari Penulis.
0 komentar:
Posting Komentar