TOKO ONLINE TANAMAN DAN BIBIT DI KENDARI


Anak Gadis dan Parlemen Jalanan

anakUHO.com™ | Kampus adalah tempat dimana setiap orang untuk melanjutkan studi di bangku perkuliahan tingkat universitas. Ada banyak hal yang sangat berbeda antara bangku perkuliahan dan bangku sekolah. Jika bangku sekolah sarat akan keseragaman, maka bangku perkuliahan adalah kebalikannya.

 


Dunia kampus tidak mesti selalu sama dan seragam. Dunia kampus yang paling penting adalah bagaimana kita beriorientasi dan menyesuaikan diri dengan keadaan kampus. Pada dasarnya tujuan utama setiap orang masuk kuliah adalah untuk berakademik dan terus mengasah kemampuan di bidang akademik.

Namun tujuan utama itu ketika memasuki bangku perkuliahan akan mulai terbagi. Karena banyaknya organisasi dan perkumpulan anak-anak muda kampus hingga terkadang dilupakan. Ada yang masih tetap bertahan dengan tujuan utama untuk berakademik, ada pula mahasiswa/mahasiswi yang mulai terbagi pemikirannya dengan berorganisasi.

Secara umum, ada 3 tipe mahasiswa yakni mahasiswa akademisi, mahasiswa aktivis dan mahasiswa campuran (akademisi dan aktivis).

Mahasiswa akademisi hanya selalu berorientasi dengan nilai dan IPK. Nilai dan IPK ini yang akan menjadikan mereka terlihat seperti kutu buku. Hari-hari mereka hanya dihabiskan untuk belajar, belajar dan belajar baik di ruang perkuliahan maupun di perpustakaan.

Berbeda dengan mahasiswa akademisi, mahasiswa aktivis yang waktunya hanya dihabiskan untuk berorganisasi hingga melupakan tujuan utama untuk berakademik.

Mahasiswa aktivis biasanya berpikir bahwa berorganisasi itu paling penting biar kita lebih mengenal dunia kampus yang sebenarnya. Berorganisasi bisa banyak pengalaman dan banyak teman. Sah-sah saja jika berpikir seperti itu, namun apalah arti dari sebuah oraganisasi jika tidak dibarengi dengan akademik.

Kemudian tipe mahasiswa campuran (akademisi dan aktivis). Tipe mahasiswa ini membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Tidak ada yang paling dipentingkan, semuanya sama. Ada saat kita harus mengikuti perkuliahan, dan diwaktu senggang kita juga bisa berorganisasi. Tidak ada yang dirugikan “akademik yes, aktivis yes”. Namun apapun yang menjadi tipe setiap mahasiswa adalah pilihan mereka masing-masing.

Jika kita menoleh ke belakang, tentang bagaimana mahasiswa berproses dalam berorganisasi maka akan banyak hal yang perlu diperhatikan. Awalnya mahasiswa yang bergelut sebagai aktivis mayoritas kaum lelaki, sementara kaum wanita lebih banyak bergelut di dunia akademik.

Namun setelah adanya kesetaraan gender, opini tersebut kemuadian berubah. Disetiap organisasi saat ini sudah banyak dijumpai kaum wanita. Sebagai kaum wanita mereka akan berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan berorganisasi yang mayoritas kaum lelaki.

Kini kehadiran kaum wanita di dunia organisasi sebagai pendamping kaum lelaki bukan menjadi suatu hal yang baru lagi. Wajar jika sudah banyak perempuan aktivis di dunia kampus. Namun, jika kita kembali ke masyarakat dengan melihat keberadaan perempuan sebagai aktivis, maka akan dijumpai pro dan kontra.

Ada orangtua yang mendukung jika perempuan menjadi aktivis, ada juga orangtua yang tidak setuju. Mereka berpikir bahwa tidak sepantasnya seorang perempuan menjadi aktivis. Perempuan itu tugasnya hanya berakdemik, lulus, kerja dan menikah. Tidak perlu mejadi seorang aktivis. Semua orang berhak punya pandangan masing-masing.

Lalu apa gunanya kesetaraan gender. Kenapa hanya kaum lelaki yang diizinkan untuk menjadi aktivis, sementara perempuan tidak?

Pemikiran orangtua seperti itu harus diluruskan. Bahwa ini adalah zaman kesetaraan gender, dimana tidak ada lagi perbedaan status antara laki dan perempuan. Setiap orang berhak untuk mengolah bakat dan kemampuannya. Tetapi lagi-lagi yang menjadi masalah adalah ancaman-ancaman dari orangtua.  Ketika mereka melihat anaknya mulai menjadi perempuan aktivis, maka akan dimarahi bahkan diancam untuk diberhentikan kuliah.

Nampak miris, jika perempuan harus dibatasi ruang geraknya berorganisasi. Padahal tidak ada salahnya jika perempuan menjadi aktivis sepanjang akademik juga dijalankan. Inilah susahnya orangtua saat ini. Mereka hanya membatasi ruang gerak anak perempuan untuk menjadi aktivis.
Masalah ini adalah masalah kita semua sebagai kaum perempuan. Bukan hanya orang lain yang merasakan ini, tetapi saya pribadi sebagai perempuanpun mengalami pro dan kontra dalam berorganisasi dan menjadi aktivis.

Catatan penting yang harus terus diperjuangkan dan yang harus diluruskan adalah tentang bagaimana seharusnya perempuan juga mampu berorganisasi dan manjadi aktivis muda. Tidak perlu takut dan menyerah keadaan secara instan dengan masalah yang ada. Hanya kita yang bisa membuka mata masyarakat awam tentang bagaimana pentingnya perempuan dalam dunia organisasi. Caranya bagaimana?? Terus berusaha dan tunjukkan bahwa kita sebagai perempuan bukan hanya berakademik, tetapi juga mampu menjadi seorang aktivis, tanpa melupakan kodrat sebagai perempuan.


sumber : penauho.com
MEDIA INDEPENDEN KAMPUS UHO

baju pria
 *anakUHO.com adalah media kampus. Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi/berita/artikel/ide/opini/pendapat dan gagasan melalui anakUHO.com dapat mengirimkan tulisannya melalui email : halo.anakuho@gmail.com. Setiap tulisan yang terbit di anakUHO.com menjadi tanggung jawab dari Penulis.
BAGIKAN

anakUHO.com™ ADALAH MEDIA ONLINE PERTAMA DI KAMPUS UHO,TERIMA KASIH TELAH MEMBACA ARTIKEL DI anakUHO.com™ JANGAN LUPA LIKE FANPAGE KAMI FB : anakuho.com SEMUA ARTIKEL INI DI PUBLIKASIKAN OLEH Unknown

    Berikan Tanggapanmu...!
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
handphone-tablet
close

BACA JUGA BERITA TERKINI LAINNYA

JASA DESAIN & RENOVASI RUMAH DI KOTA KENDARI