TOKO ONLINE TANAMAN DAN BIBIT DI KENDARI


Tere Liye ''Ladang Pengabdian''

anakUHO.com™ | Saya tidak kenal secara personal dengan Pak Anies Baswedan. Satu2nya kesempatan saya bertemu dengannya, justeru menimbulkan ‘sakit hati’. Beberapa tahun lalu--saya lupa persisnya--saya diminta mengisi acara di Universitas Negeri Jakarta. Pak Anies pembicara sesi pertama, saya sesi kedua. Saat panitia memberikan rundown seminggu sebelum acara, saya mikir, baiklah, ini berarti sy harus pakai sepatu dan kemeja. Tidak bisa cuma pakai kaos dan sendal jepit.
Hari H tiba, saya naik angkutan umum ke kampus UNJ. Santai. Masih lama ini sesi saya, masih satu jam lagi. Mendadak, saat lg asyik bengong menatap penumpang angkutan umum (yg kadang, ada saja lg baca novel saya--dan dia tdk punya ide penulisnya lagi duduk di depannya), panitia UNJ menelepon, bilang kalau Pak Anies Baswedan akan datang terlambat. Wadduh, apa urusan sama saya?  Dia mau telat, kek, dia mau ngapain, bukan urusan saya!! Tapi, Bang, kami hendak menukar sesinya, jadi Bang Tere duluan, baru setelah itu Pak Anies Baswedan.

Sepanjang sejarah acara2 yg saya hadiri, hanya hitungan jari saya membuat pengecualian. Di tempat lain, hanya ada dua pilihannya: saya tetap mengisi sesuai skedul, atau saya batalkan semuanya. Jangankan acara di Indonesia, bahkan di Eropa sana sekalipun, meski ada kesempatan jalan2 gratis, sekali ‘mengkhianati’ skedul yg disepakati jauh2 hari, sy memilih batal daripada menyesuaikan skedulnya. Hidup ini simpel, jika tidak berjodoh, maka biarkan demikian apa adanya.
Baiklah, saya mengalah. Saya tiba di UNJ, langsung mengisi acara. Selesai sesi saya, persis Pak Anies Baswedan datang, menyapa sebentar, bersalaman, banyak wartawan foto2, sy menyingkir. Toh, wartawan2 ini, bahkan tidak tahu siapa orang ini. Di inbox email saya, banyak email2 wartawan yg begini isinya: “Dear Mbak Tere, bisakah kami wawancara?” Tuh, bahkan jenis kelamin Tere Liye saja tidak tahu, jadi buat apa sy eksis ikut di foto2, mending meninggalkan kampus UNJ secepatnya, melesat menuju tujuan berikut.

Hanya itu satu2nya pertemuan sy secara fisik dengan Pak Anies Baswedan.
Tapi di luar itu, saya mempelajari banyak hal darinya--karena kita selalu bisa belajar banyak dari membaca kehidupan orang lain. Sedikit diantara kalian yg mungkin tahu: Pak Anies Baswedan tidak pernah pacaran! Dia itu tampan, pintar, ketua senat UGM pula, bejibun cewek2 naksir padanya. Sekali-kalinya Pak Anies Baswedan ‘pacaran’, dia langsung menikah. Dia naksir sepupu dari pihak Ibunya--nggak jauh2 juga jodohnya. Kenapa beliau tidak pacara? Anies Baswedan muda, memilih fokus sekolah, menata masa depan. Mengejar pendidikan bahkan hingga luar negeri. Mana sempat pacaran.

Saya tidak kenal dia secara personal, tapi bersinggungan dengan ‘karya besar’ beliau di mana2. Dalam setiap acara saya, ada saja guru dari ‘Indonesia Mengajar’ yg ikut hadir. Mereka berbagi cerita yg seru, bahkan berbagi mimpi2, cita2. Rilis novel Matahari beberapa hari lalu di Gramedia Matraman Jakarta misalnya, ada satu anak muda guru yg mengajar di Kep. Sangihe nun jauuuuh di sana, bercerita ttg muridnya yg bernama Dowes Samskarson Sumolang. Juga email2 dari anak muda lainnya yg mengajar di banyak tempat.

Saya tidak kenal Pak Anies Baswedan secara personal, tapi saya ikut respek saat dia diangkat menjadi menteri. Honestly, buanyak sekali orang2 yg golput, akhirnya memilih saat Pak Anies Baswedan memutuskan turun tangan ikut mencalonkan diri--meski kemudian bergabung dengan capres no 2. Selama jadi menteri, banyak kebijakan beliau yg cocok dgn pemahaman saya.
Saya menulis ttg ospek, kekerasan di sekolah itu sejak 20 tahun lalu! Tapi baru kali ini saya merasa begitu antusias! Tulisan2 sy punya relevansi luar biasa saat Menteri sendiri turun tangan mengurus soal ini. Saya juga senang dengan pendekatannya yg bilang: sekolah adalah taman bermain. Itu cocok sekali dgn dunia tulisan saya, dari 25 novel, separuh novel2 saya punya relevansi dgn pendidikan anak2.

Saya lebih2 tambah respek dengan skor integritas sekolah yang diperkenalkan Pak Menteri. Cukup sudah sekolah itu hanya dinilai dari angka2 kelulusan. Pendidikan karakter jauh lebih penting dibanding selembar ijasah. Pak Menteri juga jelas punya keberpihakan yg luar biasa terhadap guru, penyederhanaan sistem birokrasi, dll. Posisi UN juga mulai digeser, bukan lagi “dewa” dan “segalanya”. Hal2 ini nampak kecil memang, tapi itulah hakikat perbaikan pendidikan. Tapi memang, jika kalian pendukung habis2an UN, dsbgnya, apa yg dilakukan Pak Anies Baswedan bukan prestasi--malah mencemaskan.
Apakah Pak Anies Baswedan sudah bekerja baik selama jadi menteri? Yg saya yakini, dia sudah bekerja secara maksimal. Jangan lupa, mengubah wajah pendidikan nasional itu bukan kayak sim salabim, semua butuh proses.
36 jam lalu, terbetik kabar jika Pak Anies Baswedan adalah salah-satu menteri yg akan diganti. Saya sedang diatas angkutan umum, sedang berusaha tidur. Ini info serius? Betulan? Beberapa jam kemudian, resmi sudah namanya diumumkan. Terkejut? Tidak juga. Di dunia politik, apapun bisa terjadi. Ada teman yg bergurau: Ini pastilah gara2 Pak Anies Baswedan bikin surat agar orang tua mengantar anak di hari pertama. Repot kan, bukannya kerja, kerja, dan kerja, eh malah nganter anak sekolah. Tapi itu hanya guyon di tengah ketidakjelasan kenapa beliau diberhentikan.
Well, selamat diberhentikan Pak Anies Baswedan. Anda masuk kategori menteri yg TIDAK berkinerja baik menurut yang memberikan nilai. Mau apalagi argumennya? Tapi itu tidak masalah. Itu hanya selembar kertas penilaian saja. Bagi sebagian orang yg mengenal beliau, mereka juga memiliki penilaian yg berbeda sebaliknya. Mana yang benar, itu tidak relevan. Karena dalam politik yang ada hanya: siapa yg sedang berkuasa.
Saya yakin, besok lusa, Pak Anies Baswedan akan tetap berkarya bagi bangsa ini. Kita tidak perlu mencemaskan seseorang dengan kaliber seperti Pak Anies Baswedan, dia akan selalu punya ladang pengabdian berikutnya, berikutnya dan berikutnya lagi. Saya lebih mencemaskan politisi yg hanya nebeng nama partai, keluarga, kutu loncat, inkonsisten, dsbgnya, yg besok lusa kalau partainya dilupakan rakyat banyak, apakah dia tetap bisa eksis dan berkarya bagi bangsa ini. Itu baru sebuah pertanyaan menarik.

*Tere Liye



 *anakUHO.com adalah media kampus. Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi/berita/artikel/ide/opini/pendapat dan gagasan melalui anakUHO.com dapat mengirimkan tulisannya melalui email : halo.anakuho@gmail.com. Setiap tulisan yang terbit di anakUHO.com menjadi tanggung jawab dari Penulis.
BAGIKAN

anakUHO.com™ ADALAH MEDIA ONLINE PERTAMA DI KAMPUS UHO,TERIMA KASIH TELAH MEMBACA ARTIKEL DI anakUHO.com™ JANGAN LUPA LIKE FANPAGE KAMI FB : anakuho.com SEMUA ARTIKEL INI DI PUBLIKASIKAN OLEH Unknown

    Berikan Tanggapanmu...!
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
handphone-tablet
close

BACA JUGA BERITA TERKINI LAINNYA

JASA DESAIN & RENOVASI RUMAH DI KOTA KENDARI