Rinda Ariska
(Mahasiswi FKIP Pend. Bahasa Inggris Universitas Lakidende)
anakUHO.com™ | Teknologi komunikasi dan informasi yang semakin berkembang mendorong manusia agar melek teknologi supaya mereka tidak disebut ketinggalan zaman (kuno). Hampir dalam segala hal, manusia mengandalkan teknologi sebagai sarana. Sehingga pekerjaan manusia yang dulunya sulit kini dimudahkan dengan teknologi. Teknologi ini selain dapat membantu pekerjaan manusia juga dapat memberikan sarana hiburan pada pemakainya. Bahkan, dijadikan sebagai sarana menambah pundi-pundi kuangan. Tapi jangan salah, teknologi juga memiliki candu ‘mematikan’ bagi pengguna fanatiknya.
Demam Pokèmon Go
Teknolgi saat ini sudah menjadi kebutuhan primer dan addicted bagi masyarakat. Singkatnya, tiada hari tanpa internet. Teknologi ini memungkinkan kita mengunduh (download) berbagai macam aplikasi, termasuk game (permainan).
Belakangan ini, game menjadi primadona bagi pengguna internet. Anak anak, remaja, bahkan orang dewasa pun tak ketinggalan. Semua mulai mendownload aplikasi game yang sedang tenar, sebut saja Pokèmon Go. Dalam sepekan terakhir ini, demam Pokèmon Go sedang melanda dunia. Dalam hitungan hari, game yang dikembangkan Niantic Lab bersama dengan Nintendo dan The Pokèmon Company telah menjadi tren mainan digital baru (Viva.co.id). Pokèmon Go merupakan game yang menggunakan GPS (Global Positioning System) ketika dioperasikan. Pemain harus bermain dengan berjalan-jalan di dunia nyata menangkap monster virtual seperti Pikachu dan Jigglypuff di tempat dekat lokasi smartphone kita berada, serta melatih monster-monster tersebut untuk bertanding.
Beberapa Pokestop atau tempat para pengguna aplikasi mengumpulkan suplai yang mendukung perburuan mereka di dalam game dapat ditemui di masjid, gereja, bahkan kantor pemerintahan. Meski baru secara resmi dirilis di tiga negara, Amerika Serikat (AS), Australia dan Selandia Baru serta beberapa negara Asia, hal itu tidak menghalangi para pemainnya untuk meretas program buatan perusahaan Niantic itu.
Gelombang Kontra
Sejak kemunculannya pada tanggal 6 Juli lalu, Pokèmon Go sudah diunduh lebih dari 7 juta kali di Amerika Serikat. Sehingga, game online ini menjadi game nomor 1 yang paling dicari orang dalam waktu singkat. Unbelievable!
Sayangnya, animo masyarakat yang besar ini mendulang protes dari berbagai pihak. Para ulama di Mesir sendiri menyatakan jika Pokèmon Go sifatnya haram dan tidak islami. Bahkan, mereka melarang game ini dimainkan di dunia Arab. Abbas Shuman, Kepala Deputi Lembaga Islam Al-Azhar, mengatakan bahwa game ini membuat orang terlihat seperti orang mabuk di jalan-jalan sembari mata mereka terpaku pada layar smartphone mereka hingga ke lokasi dimana Pokèmon berada. Dengan harapan, mereka dapat menangkapnya.
Game ini juga mendapat kritik di Arab Saudi, dimana the Higher Committee for Scientific Research and Islamic Law mengeluarkan fatwa untuk game tersebut. Dikatakan bahwa game ini merasuki pikiran anak-anak sembari mempromosikan zionisme dan judi (Mirror.co.uk). Indah Usman yang merupakan seorang psikolog menyatakan bahwa jika dimainkan secara wajar, Pokèmon Go sebenarnya dapat berdampak positif bagi kehidupan sosial si pemain, namun apabila sudah menjadi adiksi (kecanduan), Pokèmon Go juga dapat menganggu psikologis seseorang, bahkan psikisnya (seperti kecelakaan saat berburu Pokèmon di area yang berbahaya). Ringkasnya, dari sisi sosial, Pokèmon Go sangat berpotensi mempengaruhi individu yang memiliki beberapa masalah mental seperti stress dan depresi (15/07/2016).
Banyak lagi dampak negatif dari game online ini. Diantaranya yaitu membuang banyak waktu untuk hal yang tidak berguna demi memenangkan satu level ke level berikutnya. Devie Rahmawati, pengamat sosial budaya Universitas Indonesia (UI), mengatakan bahwa game online Pokèmon Go menghadirkan berbagai tingkat kesulitan dari satu level ke level berikutnya, sehingga menentang pemainnya tertantang untuk terus maju setelah menyelesaikan suatu rintangan tertentu (17/7/2016). Bahkan, tidak jarang karena keasyikan dengan game ini, malah menimbulkan kecelakaan.
Sebut saja salah satu penggunanya di Amerika Serikat, yang harus dilarikan ke UGD karena mengalami retak tulang metatarsal pada kakinya. Korban tersebut mengalami retak kaki akibat keasyikan bermain Pokèmon Go. Konsekwensinya, dia harus istirahat selam 6-8 pekan untuk pemulihan. Adapun pengguna Pokèmon Go asal Indonesia, Eko Wijayamengaku, mengaku nyaris tertabrak motor di parkiran mall karena keasyikan bermain Pokèmon Go (Viva.co.id).
Tak ketinggalan pula pengguna Pokèmon Go asal Sulawesi Tenggara. Mereka menunjukkan gelagat ‘aneh’ ketika berusaha menangkap Pokèmon. Dilansir dari salah satu akun Facebook warga Kendari, Bapak Wildan, yang diposting 23 Juli 2016, bapak ini sampai tidak dapat menyembunyikan kekagetannya ketika melihat banyak pemuda yang tiba-tiba berdatangan ke Mesjid An-Nur BPN Puuwatu hanya untuk menangkap Pokèmon. Padahal mesjid adalah tempat ibadah, bukan tempat mancari Pokèmon. Ironis!
Bukan hanya di mesjid ternyata, Pokèmon juga dapat ditemukan di area Rumah Sakit Korem Kendari, Korem 143 HO, Meskid Al-Kautsar Kendari, MTQ Kendari, Taman Kota Kendari, Gapura Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Gereja Jebdari Jalan Lawata. Penelusuran ini berdasarkan data GPS akun game Pokèmon Go awak media Zonasultra.com (15/07/2016).
Nyatanya, industri hiburan kapitalis telah berhasil melenakan masyarakat dan berhasil membuat candu agar masyarakat terbius dengan aktivitas yang tidak berguna. Pokèmon Go ini bahkan terbukti mengendalikan perilaku dan mematikan akal sehat orang yang memainkannya.
Akar Masalah
Masyarakat pada zaman ini dibuat malas berfikir oleh sederetan aplikasi game yang tidak rasional. Akibat lainnya yaitu masyarakat jadi kurang peka bahkan tidak perduli terhadap permasalahan yang terjadi (permalahan umum). Hal ini disebabkan tidak sadarnya masyarakat terhadap agenda para penjajah pemikiran. Kondisi ini diperparah dengan regulasi pemerintahan yang menjadikan segala aktivitas manusia jauh dari nilai agama. Bahkan industri kapitalis pun berhasil melenakan dan melalaikan umat dari peribadatan mereka kepada Allah SWT. Diberbagai lini masyarakat dipengaruhi, mereka dibuat seolah sibuk dengan rutinitas duniawi. Tak terkecuali melalui aplikasi game online, Pokèmon Go, yang sedang popular saat ini.
Keberadaan game ini membius mulai dari kalangan anak anak, remaja dan sampai orang dewasa untuk memainkan game ini. Cara mengunduhnya pun mudah. Tidak ada perlindungan secara ketat oleh pemerintah. Walhasil, semakin banyak yang mendownoad aplikasi game online ini, maka semakin menjadikan industri kapitalis mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa bersedia memikirkan dampak dari game ini.
Erna Wulandari, Koordinator Lajnah Khusus Sekolah MHTI Bandung Raya, memandang bahwa eksploitasi terhadap potensi remaja Muslim merupakan bahaya nyata dan terselubung dari game Pokèmon Go ini (18/07/2016). Menurutnya, remaja Muslim merupakan agent of change yang memiliki potensi fikir dan fisik yang masih kuat. Jika diarahkan untuk memperjuangkan Islam dan kebenaran, maka akan menghasilkan perubahan yang luar biasa. Dengan Pokèmon Go, sungguh sayang potensinya terbuang percuma. So, be careful!
Kacamata Syariat terhadap Game
Permainan pada dasarnya merupakan hal yang menimbulkan rasa senang. Sehingga, Islam tidak melarang umatnya untuk sesekali menikmati waktu luangnya dengan bermain. Tetapi tentu saja bukan bermain sembarang permainan, melainkan permainan yang dibenarkan oleh syariat: halal secara syariat, tidak melalaikan dari kewajiban, dan tidak membahayakan (Yusuf Qardhawi, Al Halal wal Haram fil Islam, hal. 252-254). Rasulullah SAW sendiri membolehkan Aisyah ra. bermain boneka (HR. Bukhari dan Muslim) dan pernah berlomba lari dengan Aisyah ra. (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Namun, jika dilakukan secara berlebihan, efek bermain bisa membuat orang kecanduan, sampai-sampai menyia-nyiakan waktu luangnya, termasuk bermain Pokèmon Go. Padahal jatah hidup manusia hanya sebentar, sayang sekali jika waktu itu terbuang percuma dengan bermain. Rasulullah SAW bersabda, Ada dua kenikmatan yang memperdaya kebanyakan manusia yakni kesehatan dan waktu luang (HR. Al Hakim No. 7845).
Asri Supatmiati, Redaktur Radar Bogor, mengatakan bahwa jika menengok kepada sejarah, para pemuda peradaban Islam tidak hobi bermain. Hobi mereka adalah belajar. Memang pada saat itu belum ada game digital, tetapi mereka tidak tergiur sama sekali untuk sekedar menghabiskan usianya dengan ¬nge-game. Hasilnya, mereka menjadi pemuda tangguh, hebat, pintar, sholeh, dan berguna bagi umat. Berbanding terbalik dengan kebanyakan pemuda yang ada hari ini.
Oleh karena itu, pemuda harus kembali pada jati diri asli mereka yakni sebagai pelanjut peradaban umat terbaik. Pemuda seyogyanya tidak menyia-nyiakan waktu luang hanya dengan bermain game. Selain itu, penguasa hendaknya menciptakan lingkungan yang menyadarkan para pemuda akan dampak buruk terselubung dalam game online. Bila perlu, penguasa melakukan pembatasan terhadap keberadaan jenis game ini. Semua itu untuk mengembalikan kemuliaan peradaban manusia. Wallahu ‘alam bisshawab
*anakUHO.com adalah media kampus. Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi/berita/artikel/ide/opini/pendapat dan gagasan melalui anakUHO.com dapat mengirimkan tulisannya melalui email : halo.anakuho@gmail.com. Setiap tulisan yang terbit di anakUHO.com menjadi tanggung jawab dari Penulis.
(Mahasiswi FKIP Pend. Bahasa Inggris Universitas Lakidende)
anakUHO.com™ | Teknologi komunikasi dan informasi yang semakin berkembang mendorong manusia agar melek teknologi supaya mereka tidak disebut ketinggalan zaman (kuno). Hampir dalam segala hal, manusia mengandalkan teknologi sebagai sarana. Sehingga pekerjaan manusia yang dulunya sulit kini dimudahkan dengan teknologi. Teknologi ini selain dapat membantu pekerjaan manusia juga dapat memberikan sarana hiburan pada pemakainya. Bahkan, dijadikan sebagai sarana menambah pundi-pundi kuangan. Tapi jangan salah, teknologi juga memiliki candu ‘mematikan’ bagi pengguna fanatiknya.

Teknolgi saat ini sudah menjadi kebutuhan primer dan addicted bagi masyarakat. Singkatnya, tiada hari tanpa internet. Teknologi ini memungkinkan kita mengunduh (download) berbagai macam aplikasi, termasuk game (permainan).
Belakangan ini, game menjadi primadona bagi pengguna internet. Anak anak, remaja, bahkan orang dewasa pun tak ketinggalan. Semua mulai mendownload aplikasi game yang sedang tenar, sebut saja Pokèmon Go. Dalam sepekan terakhir ini, demam Pokèmon Go sedang melanda dunia. Dalam hitungan hari, game yang dikembangkan Niantic Lab bersama dengan Nintendo dan The Pokèmon Company telah menjadi tren mainan digital baru (Viva.co.id). Pokèmon Go merupakan game yang menggunakan GPS (Global Positioning System) ketika dioperasikan. Pemain harus bermain dengan berjalan-jalan di dunia nyata menangkap monster virtual seperti Pikachu dan Jigglypuff di tempat dekat lokasi smartphone kita berada, serta melatih monster-monster tersebut untuk bertanding.
Beberapa Pokestop atau tempat para pengguna aplikasi mengumpulkan suplai yang mendukung perburuan mereka di dalam game dapat ditemui di masjid, gereja, bahkan kantor pemerintahan. Meski baru secara resmi dirilis di tiga negara, Amerika Serikat (AS), Australia dan Selandia Baru serta beberapa negara Asia, hal itu tidak menghalangi para pemainnya untuk meretas program buatan perusahaan Niantic itu.
Gelombang Kontra
Sejak kemunculannya pada tanggal 6 Juli lalu, Pokèmon Go sudah diunduh lebih dari 7 juta kali di Amerika Serikat. Sehingga, game online ini menjadi game nomor 1 yang paling dicari orang dalam waktu singkat. Unbelievable!
Sayangnya, animo masyarakat yang besar ini mendulang protes dari berbagai pihak. Para ulama di Mesir sendiri menyatakan jika Pokèmon Go sifatnya haram dan tidak islami. Bahkan, mereka melarang game ini dimainkan di dunia Arab. Abbas Shuman, Kepala Deputi Lembaga Islam Al-Azhar, mengatakan bahwa game ini membuat orang terlihat seperti orang mabuk di jalan-jalan sembari mata mereka terpaku pada layar smartphone mereka hingga ke lokasi dimana Pokèmon berada. Dengan harapan, mereka dapat menangkapnya.
Game ini juga mendapat kritik di Arab Saudi, dimana the Higher Committee for Scientific Research and Islamic Law mengeluarkan fatwa untuk game tersebut. Dikatakan bahwa game ini merasuki pikiran anak-anak sembari mempromosikan zionisme dan judi (Mirror.co.uk). Indah Usman yang merupakan seorang psikolog menyatakan bahwa jika dimainkan secara wajar, Pokèmon Go sebenarnya dapat berdampak positif bagi kehidupan sosial si pemain, namun apabila sudah menjadi adiksi (kecanduan), Pokèmon Go juga dapat menganggu psikologis seseorang, bahkan psikisnya (seperti kecelakaan saat berburu Pokèmon di area yang berbahaya). Ringkasnya, dari sisi sosial, Pokèmon Go sangat berpotensi mempengaruhi individu yang memiliki beberapa masalah mental seperti stress dan depresi (15/07/2016).
Banyak lagi dampak negatif dari game online ini. Diantaranya yaitu membuang banyak waktu untuk hal yang tidak berguna demi memenangkan satu level ke level berikutnya. Devie Rahmawati, pengamat sosial budaya Universitas Indonesia (UI), mengatakan bahwa game online Pokèmon Go menghadirkan berbagai tingkat kesulitan dari satu level ke level berikutnya, sehingga menentang pemainnya tertantang untuk terus maju setelah menyelesaikan suatu rintangan tertentu (17/7/2016). Bahkan, tidak jarang karena keasyikan dengan game ini, malah menimbulkan kecelakaan.
Sebut saja salah satu penggunanya di Amerika Serikat, yang harus dilarikan ke UGD karena mengalami retak tulang metatarsal pada kakinya. Korban tersebut mengalami retak kaki akibat keasyikan bermain Pokèmon Go. Konsekwensinya, dia harus istirahat selam 6-8 pekan untuk pemulihan. Adapun pengguna Pokèmon Go asal Indonesia, Eko Wijayamengaku, mengaku nyaris tertabrak motor di parkiran mall karena keasyikan bermain Pokèmon Go (Viva.co.id).
Tak ketinggalan pula pengguna Pokèmon Go asal Sulawesi Tenggara. Mereka menunjukkan gelagat ‘aneh’ ketika berusaha menangkap Pokèmon. Dilansir dari salah satu akun Facebook warga Kendari, Bapak Wildan, yang diposting 23 Juli 2016, bapak ini sampai tidak dapat menyembunyikan kekagetannya ketika melihat banyak pemuda yang tiba-tiba berdatangan ke Mesjid An-Nur BPN Puuwatu hanya untuk menangkap Pokèmon. Padahal mesjid adalah tempat ibadah, bukan tempat mancari Pokèmon. Ironis!
Bukan hanya di mesjid ternyata, Pokèmon juga dapat ditemukan di area Rumah Sakit Korem Kendari, Korem 143 HO, Meskid Al-Kautsar Kendari, MTQ Kendari, Taman Kota Kendari, Gapura Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Gereja Jebdari Jalan Lawata. Penelusuran ini berdasarkan data GPS akun game Pokèmon Go awak media Zonasultra.com (15/07/2016).
Nyatanya, industri hiburan kapitalis telah berhasil melenakan masyarakat dan berhasil membuat candu agar masyarakat terbius dengan aktivitas yang tidak berguna. Pokèmon Go ini bahkan terbukti mengendalikan perilaku dan mematikan akal sehat orang yang memainkannya.
Akar Masalah
Masyarakat pada zaman ini dibuat malas berfikir oleh sederetan aplikasi game yang tidak rasional. Akibat lainnya yaitu masyarakat jadi kurang peka bahkan tidak perduli terhadap permasalahan yang terjadi (permalahan umum). Hal ini disebabkan tidak sadarnya masyarakat terhadap agenda para penjajah pemikiran. Kondisi ini diperparah dengan regulasi pemerintahan yang menjadikan segala aktivitas manusia jauh dari nilai agama. Bahkan industri kapitalis pun berhasil melenakan dan melalaikan umat dari peribadatan mereka kepada Allah SWT. Diberbagai lini masyarakat dipengaruhi, mereka dibuat seolah sibuk dengan rutinitas duniawi. Tak terkecuali melalui aplikasi game online, Pokèmon Go, yang sedang popular saat ini.
Keberadaan game ini membius mulai dari kalangan anak anak, remaja dan sampai orang dewasa untuk memainkan game ini. Cara mengunduhnya pun mudah. Tidak ada perlindungan secara ketat oleh pemerintah. Walhasil, semakin banyak yang mendownoad aplikasi game online ini, maka semakin menjadikan industri kapitalis mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa bersedia memikirkan dampak dari game ini.
Erna Wulandari, Koordinator Lajnah Khusus Sekolah MHTI Bandung Raya, memandang bahwa eksploitasi terhadap potensi remaja Muslim merupakan bahaya nyata dan terselubung dari game Pokèmon Go ini (18/07/2016). Menurutnya, remaja Muslim merupakan agent of change yang memiliki potensi fikir dan fisik yang masih kuat. Jika diarahkan untuk memperjuangkan Islam dan kebenaran, maka akan menghasilkan perubahan yang luar biasa. Dengan Pokèmon Go, sungguh sayang potensinya terbuang percuma. So, be careful!
Kacamata Syariat terhadap Game
Permainan pada dasarnya merupakan hal yang menimbulkan rasa senang. Sehingga, Islam tidak melarang umatnya untuk sesekali menikmati waktu luangnya dengan bermain. Tetapi tentu saja bukan bermain sembarang permainan, melainkan permainan yang dibenarkan oleh syariat: halal secara syariat, tidak melalaikan dari kewajiban, dan tidak membahayakan (Yusuf Qardhawi, Al Halal wal Haram fil Islam, hal. 252-254). Rasulullah SAW sendiri membolehkan Aisyah ra. bermain boneka (HR. Bukhari dan Muslim) dan pernah berlomba lari dengan Aisyah ra. (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Namun, jika dilakukan secara berlebihan, efek bermain bisa membuat orang kecanduan, sampai-sampai menyia-nyiakan waktu luangnya, termasuk bermain Pokèmon Go. Padahal jatah hidup manusia hanya sebentar, sayang sekali jika waktu itu terbuang percuma dengan bermain. Rasulullah SAW bersabda, Ada dua kenikmatan yang memperdaya kebanyakan manusia yakni kesehatan dan waktu luang (HR. Al Hakim No. 7845).
Asri Supatmiati, Redaktur Radar Bogor, mengatakan bahwa jika menengok kepada sejarah, para pemuda peradaban Islam tidak hobi bermain. Hobi mereka adalah belajar. Memang pada saat itu belum ada game digital, tetapi mereka tidak tergiur sama sekali untuk sekedar menghabiskan usianya dengan ¬nge-game. Hasilnya, mereka menjadi pemuda tangguh, hebat, pintar, sholeh, dan berguna bagi umat. Berbanding terbalik dengan kebanyakan pemuda yang ada hari ini.
Oleh karena itu, pemuda harus kembali pada jati diri asli mereka yakni sebagai pelanjut peradaban umat terbaik. Pemuda seyogyanya tidak menyia-nyiakan waktu luang hanya dengan bermain game. Selain itu, penguasa hendaknya menciptakan lingkungan yang menyadarkan para pemuda akan dampak buruk terselubung dalam game online. Bila perlu, penguasa melakukan pembatasan terhadap keberadaan jenis game ini. Semua itu untuk mengembalikan kemuliaan peradaban manusia. Wallahu ‘alam bisshawab
Penulis : Rinda Ariska

*anakUHO.com adalah media kampus. Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi/berita/artikel/ide/opini/pendapat dan gagasan melalui anakUHO.com dapat mengirimkan tulisannya melalui email : halo.anakuho@gmail.com. Setiap tulisan yang terbit di anakUHO.com menjadi tanggung jawab dari Penulis.
0 komentar:
Posting Komentar