TOKO ONLINE TANAMAN DAN BIBIT DI KENDARI


POLA PIKIR DAN ETOS KERJA REVOLUSIONER SEBAGAI PONDASI KEKUATAN BANGSA

anakUHO.com™ |  Dewasa ini Bangsa Indonesia tengah memiliki berbagai macam permasalahan yang menyebabkan bangsa kita menjadi bangsa yang terpuruk,  tidak berkembang bahkan terkesan mengalami kemunduran khususnya dalam bidang pemerintahan, perekonomian dan moral etika. Mengapa bangsa kita memerlukan perubahan yang bersifat menyeluruh, karena permasalahan yang bangsa kita alami sudah hampir mencakup keseluruhan aspek, kita sudah terlalu lama membiarkan praktik-praktik dalam berbangsa dan bernegara dilakukan dengan cara-cara tidak jujur, tidak memegang etika dan moral, tidak bertanggung-jawab, tidak dapat diandalkan, dan tidak dapat dipercaya. Bangsa kita juga mengalami krisis integritas dan pandemik korupsi. Akibatnya kejujuran dan integritas menjadi barang mahal dalam kehidupan para penyelenggara negara dan masyarakat. Kepercayaan antar penyelenggaran Negara rendah, aturan dibuat untuk tidak untuk ditaati, perilaku tak amanah pada berbagai lapis kepemimpinan.


Dengan kata lain, sebagai bangsa kita kehilangan nilai-nilai Integritas yang merupakan wujud keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam kehidupan bernegara yang selayaknya menjadi pondasi kekuatan suatu bangsa dalam menyelenggarakan suatu sistem berbangsa dan bernegara yang baik. Dalam bidang perekonomian kita tertinggal jauh dari negara-negara lain, karena Indonesia makin tertinggal dari negeri lain, akibat orientasi materialisme namun berbudaya instan untuk meraih tujuan-tujuan hidup. Ketergantungan atas impor makin tinggi pada berbagai produk barang dan jasa, padahal sumber daya alam dan manusia melimpah.


Akibat etos kerja, produktivitas, kreativitas dan daya saing relatif rendah. Tak kalah pentingnya, permasalahan mengenai krisis Identitas perlu perhatian khusus untuk kita semua. Karakter kuat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mempunyai semangat Gotong royong, saling bekerja-sama demi Kemajuan bangsa telah meluntur.

Sebagai seorang mahasiswa yang merupakan agen perubahan terhadap bangsa dan negara sudah selayaknya mahasiswa memiliki kecenderungan  menghendaki perubahan secara menyeluruh dan mendasar terkait cara pandang, pola pikir, pemahaman akan nilai-nilai berbangsa dan bernegara serta etos kerja individu itu sendiri yang lebih dikenal dengan istilah Revolusioner. Kenyataan yang dihadapi bangsa ini mewaibkan adanya perubahan dari bangsa itu sendiri dari berbagai aspek terutama adanya Revolusi Mental terutama untuk para generasi penerus bangsa.
Mengapa bangsa kita memerlukan revolusi mental ?. Mentalitas menentukan kemajuan suatu bangsa, bangsa yang mempunyai mental yang kuat akan tumbuh sebagai bangsa yang maju dan bermartabat, dan sebaliknya bangsa yang memiliki mental yang terbelakang akan tumbuh pula sebagai bangsa yang tertinggal. Revolusi Mental bermula di alam pikiran, menuntun dalam meraih cita-cita dan mencapai tujuan bernegara. Revolusi Mental juga membangkitkan kesadaran untuk berprestasi tinggi, produktif menuju bangsa maju dan modern. Revolusi Mental bertumpu pada tiga nilai-nilai dasar : Integritas, Etos kerja dan Gotong Royong. adapun tujuan Revolusi Mental itu sendiri mencakup 3 hal yaitu :


1. Mengubah cara pandang, pola pikir, sikap, perilaku dan cara kerja yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.


2. Membangkitkan kesadaran dan membangun sikap optimistik dalam menatap masa depan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan besar untuk berprestasi tinggi, produktif dan berpotensi menjadi bangsa maju dan modern dengan fondasi tiga pilar Trisakti.


3. Mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian yang kuat melalui pembentukan manusia Indonesia baru yang unggul menerapkan nilai-nilai integritas, kerja keras, dan semangat gotong royong.


Tujuan diatas tidak akan tercapai tanpa adanya kesadaran dari seluruh pihak terkait dalam hal ini seluruh aspek bangsa Indonesia terutama mahasiswa sebagai agen perubahan, namun tidak dapat dipungkiri penanaman nilai-nilai akan revolusi mental dari bangsa Indonesia itu sendiri harus dimulai dari penanaman nilai-nilai dasar dari tiap individu dan proses penanaman nilai-nilai tersebut harus dimulai sejak dini dan atas dukungan semua aspek untuk tercapainya generasi bangsa yang lebih baik. Penanaman nilai-nilai kebangsaan memiliki porsinya masing-masing, namun yang menjadi perhatiaan utama adalah pola pikir dan etos kerja dari masing-masing individu. Pola pikir dan etos kerja yang dibutuhkan oleh bangsa saat ini adalah pola pikir yang bersifat kritis dalam menanggapi suatu masalah, inovatif dan kreatif dalam mencari solusi terhadap masalah yang ada, dan mampu merealisasikan nilai-nilai pancasila dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Disamping itu dalam membangun sistem pemerintahan yang maju dan sinergis diperlukan etos kerja yang mencakup Kerja keras, optimis, produktif, inovatif, dan berdaya saing.


Dalam sebuah kesempatan Presiden Republik Indonesia berkata bahwa "Revolusi pola pikir kita perlukan. Kita tidak mungkin (lagi) berpikir monoton, bisa kedahuluan negara lain," kata Presiden saat menerima kunjungan peserta kursus reguler Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) di Istana Negara, Jakarta, Selasa.

Hal ini menunjukkan bahwa betapa penting bagi rakyat Indonesia berhijrah dari pola pikir sederhana yang hanya menguntungkan diri sendiri, kurang inovatif dan tidak effisien menjadi pola pikir yang mengutamakan kemajuan bangsa, inovatif dan effisien. Menjadi bangsa yang besar adalah cita-cita para pendahulu bangsa, oleh karena itu upaya memajukan bangsa menjadi tanggung jawab kita semua. Melalui pembangunan yang berorientasi peningkatan kesejahteraan serta peningkatan produktivitas dari masyarakat Indonesia. Yang diperlukan itu sebenarnya revolusi pola pikir dalam melihat suatu momen peristiwa. Kata Adnan Oskar yang sering disebut Harun Yahya, kita umumnya mempunyai pola pikir yang dangkal bukan deep thingking. Salah satu cirinya adalah kesulitan kita ketika mengungkapkan sesuatu. Dengan kata lain umumnya kita sangat susah untuk menulis padahal pelajaran mengarang dulu diajarkan sejak SD.


Revolusi pola pikir sebenarnya sudah jelas dicantumkan di dalam al-Qur'an dalam Qs 96:1 ketika wahyu pertama kali diturunkan dengan sebutan IQRA BISMI. IQRA BISMI adalah ungkapan BACALAH dengan Nama Tuhanmu "Yang menciptakan". Ayat pertama yang terdiri dari 19 huruf ini sebenarnya menegaskan kepada Rasulullah yang saat itu memang ummi untuk membaca.
Kenapa Tuhan memerintahkan Rasul untuk membaca sementar Tuhan sendiri tahu persis kalau Rasul seorang yang Ummi. Perintah ini bukanlah kontradiksi namun suatu ungkapan metaforis bahwa meskipun Rasul seorang yang ummi dan secara formal tidak dididik secara khusus dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang saat itu sudah berkembang, Tuhan menekankan bahwa BACALAH itu mengandung makna yang jelas berkaitan dengan membaca Tanda-tanda Tuhan, Pesan-pesan Tuhan yang ada dimana-mana termasuk dalam diri Rasulullah sendiri sebagai makhluk yang diciptakan dari segumpal darah.


Dalam membaca Qalam Allah, maka Tuhan menyarankan Rasul untuk merenungkan, memahami, dan mengamati gejala-gejala fenomenal seperti diungkapkan dalam beberapa ayat dari PRINSIP DASARNYA bukan katanya atau merujuk pada suatu referensi tertentu. Ungkapan masakininya sebenarnya dzikir, fikir dan ikhtiar. Meskipun hasil akhirnya tampil seperti mirip-mirip, namun sejatinya itu menunjukkan bahwa sumber pengetahuan Rasul adalah Allah, Tuhan Yang Esa melalui mediator-mediator Wahyu-Nya seperti Jibril, Rasulin Kariim, dll. Ketika Tatanan Pengetahuan Tuhan Terungkap sebagai Isra Miraj, maka Rasulullah telah mengetahui dengan Cahaya Allah yang murni yang hanya dimungkinkan karena beliau menyucikan jiwanya untuk memahami Asma, Sifat dan Perbuatan Tuhan.


Jadi, dalam belajar membaca Umat Islam diwajibkan untuk Membaca Langsung Qalam Allah atau Pesan-pesan Tuhan bukan TAKLID BUTA. Dan harus kritis benar tentang berbagai hal bukan FOLLOWER. Harus mampu berargumentasi tanpa meninggalkan kemukminannya dan harus bisa memahami pendapat orang lain karena kebenaran boleh jadi muncul dari lawan bicara kita tanpa disadarinya. Ambil yang benar dan baik dan buang yang buruk itu merupakan kaidah Rasululah belajar dari sekelilingnya.


Revolusi pola pikir pada akhirnya kembali kepada diri kita sendiri untuk menggali kembali al-Qur'an dan as-Sunnah dengan jiwa yang murni dan tidak diliputi hawa nafsu karena banyak ilmu pengetahuan dari Al Qur'an yang diabaikan Umat Islam namun sebenarnya telah diadopsi oleh kalangan barat yang diam-diam membedah Al Qur'an meskipun sebagian besar dari mereka mungkin tidak beriman kepada Tuhan.
Karena itu untuk berpikir dengan benar, kembalilah menggali Warisan Sang Nabi, al-Qur'an dan As-Sunnah dengan melihat ruang-waktu atau zaman dimana kita hidup karena penafsir al-Qur'an yang benar adalah anak-anak zamannya. Anak-anak yang sadar dirinya, ruang-waktunya dan sejarahnya.

Penulis : Muhammad Fadhil
Ketua BEM Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo 2016-2017

 *anakUHO.com adalah media kampus. Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi/berita/artikel/ide/opini/pendapat dan gagasan melalui anakUHO.com dapat mengirimkan tulisannya melalui email : halo.anakuho@gmail.com. Setiap tulisan yang terbit di anakUHO.com menjadi tanggung jawab dari Penulis.
BAGIKAN

anakUHO.com™ ADALAH MEDIA ONLINE PERTAMA DI KAMPUS UHO,TERIMA KASIH TELAH MEMBACA ARTIKEL DI anakUHO.com™ JANGAN LUPA LIKE FANPAGE KAMI FB : anakuho.com SEMUA ARTIKEL INI DI PUBLIKASIKAN OLEH Unknown

    Berikan Tanggapanmu...!
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
handphone-tablet
close

BACA JUGA BERITA TERKINI LAINNYA

JASA DESAIN & RENOVASI RUMAH DI KOTA KENDARI