anakUHO.com™ | Sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Pemerhati Rakyat (AMPERA) Sultra kembali mengadakan aksi unjuk rasa di depan kejaksaan tinggi propinsi Sulawesi Tenggara. Aksi unjuk rasa ini merupakan untuk yang kelima kalinya dilakukan dan dengan isu yang sama yakni kembali menegaskan agar kasus korupsi pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Konawe Utara agar segera diusut tuntas. Dalam orasinya para orator meminta kepada pihak Kejaksaan Tinggi sulawesi Tenggara agar transparan dan tidak ada permainan dalam penanganan kasus tersebut serta menghimbau kepada pihak kejaksaan tinggi agar segera memanggil Satker Persampahan Konawe Utara untuk diperiksa.
Seperti halnya aksi-aksi sebelumnya, pembakaran ban pun dilakukan. Dari tiga ban yang dibawa oleh para pengunjuk rasa untuk tahap awal hanya satu yang di bakar. Tak berselang lama ada salah satu oknum yang bergegas mencoba memadamkan ban yang sudah menyala tadi. Kemudian dua ban yang belum terbakar dicelupkan ke got oleh oknum tersebut. Disinyalir oknum tersebut adalah preman yang sudah dipersiapkan untuk menghentikan unjuk rasa yang dilakukan oleh AMPERA Sultra pada saat itu. Ternyata preman tersebut jumlahnya bukan hanya satu orang akan tetapi jumlahnya sekitar 10 orang. Preman-preman ini akhirnya mencoba mengintervensi dan memaksa orator-orator yang berada di atas mobil angkot (pete-pete) agar segera turun dari mobil dan berhenti berunjuk rasa. Tidak hanya itu mereka pun mengancam pak supir mobil agar menjauhkan mobilnya dari pintu gerbang Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara. Untungnya pihak kepolisian yang mengawal jalannya unjuk rasa cepat tanggap. Hal yang tidak diinginkan pun akhirnya dapat terhindarkan.
Keberadaan preman-preman ini sangat mengagetkan bagi para pengunjuk rasa. Kejanggalan begitu nampak sekali, preman-preman tersebut rupanya sudah berjaga di depan kejaksaan tinggi Sulawesi Tenggara sebelum datangnya masa pengunjuk rasa.Pertanyaan besar siapkah orang dibalik preman-preman ini..? Banyak yang berspekulasi preman-preman ini merupakan orang-orang bayaran dari oknum yang tersangkut dengan kasus TPA sampah Konawe Utara yang sementara diperjuangkan oleh Ampera Sultra.
Masih hangat dalam ingatan kita, beberapa waktu lalu terjadi kasus pemukulan para demonstran oleh preman-preman dalam kampus UHO. Preman-preman kini ikut menendang bola dalam pergerakan mahasiswa. Dan rupa-rupanya pejabat birokrasi masa kini mulai memberdayakan preman-preman untuk membendung gerakan-gerakan unjuk rasa yang mengkritisi kebobrokan tindakan mereka. Dengan banyaknya uang yang dimiliki para pejabat ini selalu memuluskan segala kepentingan mereka.
Sungguh betapa bobrok pejabat negeri ini, sebab sudah dipenuhi para pejabat yang tak tahan kritik. Pejabat yang sibuk memperkaya diri, pejabat yang menutup telinga ketika mendengar keluhan-keluhan rakyat, pejabat yang menutup mata ketika melihat penderitaan rakyatnya dan pejabat yang menutup hati ketika hendak melakukan penindasan terhadap rakyatnya.
Olehnya itu penulis menghimbau, Kepada para kativis yang masih setia pada garis perjuangan kebenaran. Janganlah takut, sebab preman belum seberapa. Lihat saja perjuangan kawan-kawan pendahulumu, di depan moncong senjata mereka masih mampu dengan lantangnya meneriakan kebenaran.
Kepada para aktivis yang masih setia pada garis perjuangan kebenaran. Janganlah bungkam, sebab apabila kau bungkam niscaya ketidakadilan akan duduk kokoh di singgasana kejayaannya. Jadi kawan-kawan seperti Almarhum Wiji Tukul katakan : Hanya Satu Kata => Lawan ...!
Penulis : Komarobheano
*anakUHO.com adalah media kampus. Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi/berita/artikel/ide/opini/pendapat dan gagasan melalui anakUHO.com dapat mengirimkan tulisannya melalui email : halo.anakuho@gmail.com. Setiap tulisan yang terbit di anakUHO.com menjadi tanggung jawab dari Penulis.
Seperti halnya aksi-aksi sebelumnya, pembakaran ban pun dilakukan. Dari tiga ban yang dibawa oleh para pengunjuk rasa untuk tahap awal hanya satu yang di bakar. Tak berselang lama ada salah satu oknum yang bergegas mencoba memadamkan ban yang sudah menyala tadi. Kemudian dua ban yang belum terbakar dicelupkan ke got oleh oknum tersebut. Disinyalir oknum tersebut adalah preman yang sudah dipersiapkan untuk menghentikan unjuk rasa yang dilakukan oleh AMPERA Sultra pada saat itu. Ternyata preman tersebut jumlahnya bukan hanya satu orang akan tetapi jumlahnya sekitar 10 orang. Preman-preman ini akhirnya mencoba mengintervensi dan memaksa orator-orator yang berada di atas mobil angkot (pete-pete) agar segera turun dari mobil dan berhenti berunjuk rasa. Tidak hanya itu mereka pun mengancam pak supir mobil agar menjauhkan mobilnya dari pintu gerbang Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara. Untungnya pihak kepolisian yang mengawal jalannya unjuk rasa cepat tanggap. Hal yang tidak diinginkan pun akhirnya dapat terhindarkan.
Keberadaan preman-preman ini sangat mengagetkan bagi para pengunjuk rasa. Kejanggalan begitu nampak sekali, preman-preman tersebut rupanya sudah berjaga di depan kejaksaan tinggi Sulawesi Tenggara sebelum datangnya masa pengunjuk rasa.Pertanyaan besar siapkah orang dibalik preman-preman ini..? Banyak yang berspekulasi preman-preman ini merupakan orang-orang bayaran dari oknum yang tersangkut dengan kasus TPA sampah Konawe Utara yang sementara diperjuangkan oleh Ampera Sultra.
Masih hangat dalam ingatan kita, beberapa waktu lalu terjadi kasus pemukulan para demonstran oleh preman-preman dalam kampus UHO. Preman-preman kini ikut menendang bola dalam pergerakan mahasiswa. Dan rupa-rupanya pejabat birokrasi masa kini mulai memberdayakan preman-preman untuk membendung gerakan-gerakan unjuk rasa yang mengkritisi kebobrokan tindakan mereka. Dengan banyaknya uang yang dimiliki para pejabat ini selalu memuluskan segala kepentingan mereka.
Sungguh betapa bobrok pejabat negeri ini, sebab sudah dipenuhi para pejabat yang tak tahan kritik. Pejabat yang sibuk memperkaya diri, pejabat yang menutup telinga ketika mendengar keluhan-keluhan rakyat, pejabat yang menutup mata ketika melihat penderitaan rakyatnya dan pejabat yang menutup hati ketika hendak melakukan penindasan terhadap rakyatnya.
Olehnya itu penulis menghimbau, Kepada para kativis yang masih setia pada garis perjuangan kebenaran. Janganlah takut, sebab preman belum seberapa. Lihat saja perjuangan kawan-kawan pendahulumu, di depan moncong senjata mereka masih mampu dengan lantangnya meneriakan kebenaran.
Kepada para aktivis yang masih setia pada garis perjuangan kebenaran. Janganlah bungkam, sebab apabila kau bungkam niscaya ketidakadilan akan duduk kokoh di singgasana kejayaannya. Jadi kawan-kawan seperti Almarhum Wiji Tukul katakan : Hanya Satu Kata => Lawan ...!
Penulis : Komarobheano
*anakUHO.com adalah media kampus. Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi/berita/artikel/ide/opini/pendapat dan gagasan melalui anakUHO.com dapat mengirimkan tulisannya melalui email : halo.anakuho@gmail.com. Setiap tulisan yang terbit di anakUHO.com menjadi tanggung jawab dari Penulis.
0 komentar:
Posting Komentar